Selasa, 11 November 2014

(ARTIKEL) Pelatihan dan Lokakarya dalam Kegiatan CDTA-7849



 
Keterangan foto: Bendung Pamarayan, Kecamatan Panyabrangan, Kabupaten Serang,  Provinsi Banten (16/4/14)

 
Sejak pertengahan tahun 2012, kegiatan Capacity Development Technical Assistance (CDTA 7849-INO) menyelenggarakan berbagai lokakarya dan pelatihan terkait pengelolaan sumber daya air bersama bagian Kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum. 

Lokakarya dan pelatihan ini juga dilakukan di empat provinsi yang menjadi lokasi kegiatan yaitu Provinsi Aceh, Sulawesi Utara, Maluku dan Banten.
Peserta lokakarya adalah dinas-dinas terkait pengelolaan SDA di provinsi dan kabupaten serta anggota TKPSDA Wilayah Sungai yang terdiri dari unsur pemerintah dan non-pemerintah.  Sedangkan untuk pelatihan teknis, pesertanya adalah Dinas PU provinsi dan kabupaten serta Balai/Besar Wilayah Sungai (B/BWS) dan perguruan tinggi melalui Pelatihan Training of Trainer (ToT) untuk menyebarluaskan materi pelatihan kepada staf lainnya.

Hidrologi dan Perencanaan Wilayah Sungai


Ir. Raymond Kemur, MSc, Capacity Development  Specialist  CDTA, menyebutkan bahwa saat ini kapasitas staf pemerintah dalam perencanaan pengelolaan SDA di wilayah sungai secara umum masih rendah.  Sehingga perlu pengembangan kapasitas untuk terus menerus meningkatkan kemampuan di dalam bidang pengelolaan  SDA.


Keterangan foto: Lokakarya Pelatihan Prinsip-Prinsip Perencanaan Wilayah Sungai, Kota Serang,  Provinsi Banten (16/4/14)

Menurut Raymond, para staf pemerintah yang menguasai hidrologi umumnya masih terbatas. Jika ada pun, jumlahnya sangat sedikit atau sudah menjelang usia pensiun dan belum ada sistem regenerasi yang terencana.  Ilmu hidrologi yang diberikan di perguruan tinggi masih terbatas dan menurut Raymond, belum memadai untuk menjadi bekal dalam menjalankan tugas sehari-hari di bidang pengelolaan sumber daya air.

Pelatihan paling mendesak adalah pemberian materi hidrologi kepada semua staf, baik staf pemerintah, konsultan dan perguruan tinggi, karena penguasaan ilmu hidrologi yang baik menjadi sangat penting sebagai dasar ilmu SDA” kata Raymond  (17/10/14) di Jakarta.

“Selain itu yang paling mendesak adalah keahlian merencanakan pengelolaan SDA Wilayah Sungai, yang hasilnya berupa dokumen Pola dan Rencana” kata Raymond menambahkan. 

Selanjutnya Raymond menyebutkan selain itu perlu  pengembangan kapasitas  bidang-bidang keahlian lainnya seperti sungai dan bendungan, irigasi dan rawa, pengamanan pantai dan pembangkit listrik (micro dan mini hydro serta desain waduk).


Kegiatan CDTA






Keterangan foto: Ir. M. Napitupulu, Dipl. HE, Team Leader CDTA-7849
 
Menurut Ir. M. Napitupulu, Dipl. HE, Team Leader,  dalam ruang lingkup kegiatan CDTA-7849 yang terbatas, tidaklah memungkinkan untuk memberikan seluruh pelatihan yang diperlukan di dalam peningkatan kapasitas pengelolaan SDA. 

“Karena itu agar lebih komprehensif, perlu pendekatan strategis untuk perencanaan karir staf pemerintah yang juga meliputi kompetensi apa saja yang diperlukan.  Misalnya,  pelatihan atau pendidikan apa saja yang diperlukan oleh staf tersebut selama jenjang karirnya, semacam perencanaan karir bagi staf yang berada di bidang pengelolaan SDA” kata Napitupulu.

Pelatihan hidrologi dilaksanakan  dalam tiga tahap, yaitu Hidrologi 1 (dasar), Hidrologi 2 (tentang banjir),  serta  Hidrologi 3  (kebutuhan dan neraca air).

Pelatihan Hidrologi 1 memberikan pengertian mengenai dasar-dasar hidrologi dalam pengelolaan SDA. Sedangkan Pelatihan Hidrologi 2 tentang banjir memberikan pengertian umum tentang permasalahan banjir, perhitungan debit banjir dan pengendaliannya.  Pelatihan Hidrologi 3 tentang erosi dan sedimentasi, peserta diberikan pengertian umum mengenai pengendalian erosi dan sedimentasi, termasuk data yang dibutuhkan untuk analisa, serta dampak erosi dan sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan waduk.
Di dalam membahas aspek ketersediaan air, peserta diberikan pemahaman mengenai analisa ketersediaan air dalam menunjang pengelolaan SDA. Selain itu diberikan pemodelan hujan dan limpasan untuk memperpanjang data serta perkiraan parameter model jika data tidak mencukupi serta menentukan pola operasi waduk.

Demikian juga dalam aspek hidrologi dan banjir. Peserta diberikan pengertian umum mengenai permasalahan pemodelan banjir serta simulasinya.  Pelatihan pemodelan menggunakan software, seperti RIBASIM (River Basin Simulation Model) dan SOBEK, yang bekerjasama dengan Deltares Belanda dan Puslitbang Air. 
RIBASIM adalah pemodelan untuk membantu menganalisa berbagai kondisi hidrologis di wilayah sungai  untuk mendukung perencanaan SDA. Sedangkan SOBEK merupakan paket software terpadu yang dapat digunakan untuk pemodelan banjir sungai. Pendekatan terpadu SOBEK ini berguna untuk perkiraan banjir, navigasi, optimasi sistem drainase, sistem irigasi dan lain sebagainya.
Selama kurang lebih dua tahun, CDTA-7849 telah melaksanakan 29 kali pelatihan dan lokakarya dengan 814 jumlah peserta. Perincian pelatihan dan lokakarya adalah sebagai berikut:  




 
  

 
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar